Kehilangan, itukah yang patut kita ucapkan ketika sesuatu berpindah tempat?
Kalo kita berfikir bahwa kita memilikinya mungkin akan berkata begitu...
Kemarin temenku kuliah meninggal dunia, karena sakit komplikasi...Mantan pacarnya pacarku juga meninggal 18 Agustus 2007 kemarin, katanya dia merasa kehilangan....
memang sulit menerima kenyataan bahwa itu bukan mutlak punya kita, kita hanya dekat,,,
apakah sesuatu tersebut bisa kita katakan ketika wal bertemu dan dia pergi..
Segala sesuatu hanya milik Allah.. dan kepada-Nya lah akan kembali...

TAQDIM

Bulan Ramadhan adalah bulan yang penuh dengan barakah. Sungguh banyak

keutamaan yang telah ALLAH berikan kepada Kaum Muslimin dalam Bulan ini.

Sehingga sangat disayangkan bilamana sebagian Kaum Muslimin yang

seharusnya menyibukkan diri dengan ibadah yang benar dalam Bulan ini,

justru menyambut dan mengisi hari-hari dalam Bulan Ramadhan dengan

kesalahan-kesalahan yang tidak disadarinya. Kesalahan-kesalahan

tersebut tentu saja tidak memberikan manfaat yang banyak bagi dirinya,

malah justru bisa menimbulkan kerugian bagi pelakunya.

BEBERAPA KESALAHAN

Berikut ini adalah sebagian kekeliruan Kaum Muslimin khususnya di

Indonesia dalam menyikapi Bulan Ramadhan:

1. Golongan yang berbuat baik tapi mengabaikan hal yang sangat penting.

Mereka sangat rajin melakukan amalan-amalan Ramadhan seperti Shaum,

shalat tarawih, infaq dan lain sebagainya. Namun, pada saat yang

bersamaan, mereka tidak memperhatikan bahwa dirinya masih terjerumus

kepada perbuatan-perbuatan dan keyakinan-keyakinan yang berbau syirik.

Mereka masih saja mendatangi kuburan atau benda lain yang dikeramatkan

untuk meminta barakah, berkurban untuk selain ALLAH, berdo'a kepada

selain ALLAH dan perbuatan lainnya yang bathil. Mereka hendaknya

merenungkan firman ALLAH Ta'ala :

"Jika kamu mempersekutukan (ALLAH), sungguh-sungguh pasti akan

hapuslah amalmu dan sungguh-sungguh pasti kamu termasuk orang-orang

yang merugi." (az-Zumar:65)

Kemudian ada pula di antara mereka yang berpuasa tetapi meninggalkan

shalat wajib. Padahal jika mereka berbuat demikian berarti mereka

telah meninggalkan rukun terpenting dari rukun-rukun Islam setelah

tauhid. Puasanya sama sekali tidak bermanfaat baginya, selama ia

meninggalkan shalat. Sebab shalat adalah tiang agama, di atasnyalah

agama tegak. Dan orang yang meninggalkan shalat hukumnya adalah kafir.

Orang kafir tidak diterima amalnya. Rasulullah Shallallahu 'Alaihi

Wasallam bersabda (terjemahannya): "Perjanjian antara kami dan mereka

adalah shalat, barangsiapa me-ninggalkannya maka dia telah kafir. "

(HR. Ahmad dan Para penulis kitab Sunan dari hadits Buraidah

radhiyallaahu 'anhu ) At-Tirmidzi berkata : Hadits hasan shahih,

Al-Hakim dan Adz-Dzahabi men-shahihkannya.

Jabir radhiyallaahu 'anhu meriwayat-kan, bahwa Rasulullaah

Shallallaahu 'Alaihi Wasallam bersabda (yang terjemahannya): "(Batas)

antara seseorang dengan kekafiran adalah meninggalkan shalat." (HR.

Muslim, Abu Daud, At-Tirmidzi dan Ibnu Majah).

Namun, perlu diketahui bahwa jangan sampai anda mengkafirkan pribadi

seseorang hanya dengan alasan tadi, padahal ilmu untuk itu tidak anda

miliki. Menghukumi, kafirnya sese-orang adalah suatu masalah besar

yang `ulama besarpun berhati-hati di dalamnya, karena banyaknya

syarat-syarat dan peliknya masalah ini.

2. Golongan pemalas dan berbuat sia-sia

Yaitu mereka yang menjadikan bulan Ramadhan sebagai bulan "untuk

tidur" ataukah menyibukkan diri dengan perbuatan-perbuatan tidak

berguna bahkan haram seperti : bermain catur, ular tangga, monopoli,

membaca komik, cerpen rekaan, menonton film / sinetron / drama dimana

banyak kemaksiatan di dalamnya dan sejenisnya. Jika yang terjadi pada

generasi muda kaum Muslimin adalah yang seperti ini, maka kapankah

Kaum Muslimin akan bangkit dari keterlenaannya dan mengatasi Kaum Kafir ?

3. Golongan tamak dan nafsu makan besar.

Para wanita saling mempertontonkan kebolehan mereka dalam memasak pada

saat berbuka. Akibatnya, dari waktu dhuhur sampai menjelang berbuka

puasa, mereka hanya di dapur sehingga terabaikanlah shalat dhuhur dan

ashar. Kemudian para lelakinya pun dengan rakusnya menyantap semua

hidangan pada saat berbuka. Apa yang terjadi kemudian ? Perut mereka

buncit dan kembung, sehingga tidak dapat bergerak kecuali hanya duduk

kelelahan. Merasa berat menuju masjid untuk Shalat Maghrib berjama'ah.

Mereka tidak shalat Maghrib kecuali ketika adzan Isya' hampir tiba.

Alangkah baiknya, jika puasa kita berjalan dengan baik dan kewajiban

lainpun juga berjalan dengan baik.

4. Golongan peminta sedekah padahal ia mampu.

Mereka jadikan bulan Ramadhan sebagai bulan mendapatkan sum-bangan,

sedekah, amal jariyah atau sejenisnya dari orang-orang yang berpuasa.

Kebanyakan mereka adalah para pemuda yang kuat bekerja dan dari

golongan yang mampu mencari penghidupan dari selain mengemis.

Rasulullaah Shallallaahu 'Alaihi Wa-sallam menyampaikan bahwasanya

(yang terjemahannya-pen):

"Barang siapa yang meminta-minta pada orang lain padahal dia punya

sesuatu yang mencukupinya maka tidaklah ia memperbanyak kecuali api

neraka atau batu jahannam. Para shahabat bertanya: "Wahai

Rasuulallaah, sebatas mana men-cukupinya ?" (Rasul) menjawab :

"sebatas cukup bagi dia makan siang dan makan malam." Dan dalam

riwayat lain : "sebatas kenyang siang dan malam hari." (Shahih Abu

daud oleh Syaikh Al Albany)

5. Golongan pemain petasan

Ketika bulan Ramadhan belum tiba boleh jadi tetangga mereka aman dari

gangguan mereka. Namun, ketika Ramadhan tiba, mereka menjadi orang

yang paling senang memberikan gangguan bagi Kaum Muslimin. Suara

petasan atau mercon yang menggelegar serta dapat mem-bahayakan orang

lain dengan seenaknya diledakkan di mana saja. Padahal Rasulullaah

Shallallaahu 'Alaihi Wasallam bersabda:

"seorang Muslim adalah orang yang dapat menjaga keselamatan kaum

muslimin dari (gangguan) lidah dan tangannya." (Muttafaqun `Alaihi)

Dan orang tua adalah pihak yang mempunyai tanggung jawab besar dalam

mencegah hal ini, minimal melarang anak-anak mereka untuk melakukannya.

6. Golongan yang sadar sebatas Bulan Ramadhan

Alhamdulillaah, banyak manusia ketika Bulan Ramadhan tiba terhenti

aktivitasnya dari maksiat dan perbuatan keji lainnya. Namun, ketika

Ramadhan berlalu mereka kembali kepada kemaksiatan dan kekejian yang

telah ditinggalkannya untuk sementara. Ibarat orang yang telah

membangun rumah kemudian menimbunnya dengan sampah dan kotoran. Wahai

saudaraku, janganlah berbuat seperti itu. Bersungguh-sungguhlah dalam

taubatmu ! Ketahuilah bahwa engkau bermaksiat bukan di hadapan

siapa-siapa, tetapi engkau bermaksiat di hadapan ALLAH Rabb semesta

alam yang hanya Dialah yang berhak diibadahi. Takutlah kepada ALLAH,

wahai saudaraku dan kembalilah …..

7. Golongan budak nafsu

Hal yang paling menyenangkan bagi mereka adalah ketika berakhirnya

Ramadhan, sehingga mereka bisa kembali kepada syahwat yang telah

ditinggalkannya selama sebulan. Golongan ini perlu banyak belajar

untuk mengetahui keutamaan Ramadhan, sehingga menjadilah Ramadhan itu

sesuatu yang berharga dalam hidupnya.

8. Golongan yang senang bepergian

Mereka menunggu-nunggu Ramadhan bukan karena keutamaannya, namun

karena ingin pergi berlibur. Apabila telah lewat 2/3 Ramadhan maka

ramailah tempat-tempat wisata dengan diri-diri mereka. Mereka

beralasan bahwa mereka jenuh dengan puasa dan shalat tarawih sehingga

membutuhkan refreshing (penyegaran). Sungguh, tahukah mereka bahwa

Rasulullaah Shallallaahu 'Alaihi Wasallam justru lebih menggiatkan

diri ketika tiba 1/3 akhir ramadhan.

Demikianlah beberapa kesalahan /kekeliruan sebagian ummat Islam dalam

menyikapi bulan ramadhan. Dan hal tersebut, hanyalah sebagian kecil

dari sekian banyak kesalahan yang terjadi. Kesalahan/kekeliruan

tersebut lahir tidak dengan sendirinya, namun akibat kelalaian ummat

islam dalam mempelajari Ad Dien Al Islam itu sendiri. Sehingga,

tidaklah heran jika hal-hal tersebut kebanyakan dilakoni oleh mereka

yang minim akan pemahaman agama Islam. Karenanya, adalah hal yang

sangat bijaksana jika Kaum Muslimin berlomba-lomba dalam menuntut

`ilmu agama yang benar, yang berlandaskan kepada Al Qur'an dan As

Sunnah sesuai pemahaman para salafusshalih.

Rujukan: Majalah As Sunnah edisi 03/Th.IV/1420-1999 hal.37-40

sekian moga moga artikal ini bisa membantu ikhwan serta akhwat yang

mencari ilmu berkaitan bulan ramadhan.

Wallahu 'alam bis-shawab.

Wasalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuhu

Waktu itu cuma-cuma...tetapi sangat berharga!
Kita tidak bisa memilkinya, tapi kita bisa menggunakanya..
Kita tidak bisa menyimpanya, tapi kita bisa menghabiskanya..
Sekali membuang akan sia-sia, tak bisa lagi mendapatkanya..
Di bulan Ramadhan ini jangan biarkan setiap detik berlalu tanpa kebaikan dan pahala..
Semoga Allah selalu menjaga hati dan lisan kita.. amin

Siapa sangka, keinginan itu muncul ketika ada sebuah peluang?
jalan mana yang kupilih,,seketika itu pula kontradiksi anatara nurani dan rasional dimulai..
harapan, tantangan, peluang, jaringan dan mungkin semua akan kudapat. Bahkan lingkaran konflikpun akan selalu menyertaiku..
Tapi rasioku menyelimuti jiwa yang membawaku sampai di seberang jalan ini. memang benar bahwa proporsi rasionalitas seorang pria jauh lebih banyak dan berbanding terbalik dengan sang hawa....
tetapi semua itu pilihan, dan pilihan yang mungkin tidak salah tangkap. dari sini kudapat apa yang selama ini kucari..
kalaupun sang penghibur jawabanya..
itu cukup menunjukan jari trus kejarlah, maka kau akan dapatkan.
tak perlu kau tanyakan apa yang terjadi.. lakukan yang terbaik hari ini...
YAKUSA

Postingan Lebih Baru Beranda

Blogger Template by Blogcrowds